LAPORAN PRAKTEK MAGANG
QUALITY CONTROL PADA PROSES
PENGALENGAN DAGING RANJUNGAN (Portunus
pelagicus) DI PT. TONGA TIUR PUTRA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI
SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH
MOULITYA DILA ASTARI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Rajungan (Portunun pelagicus)
dalam dunia perdaganggan dimasukkan satu kelompok yang sama dengan kepiting (Crabs), merupakan salah satu jenis
komoditas perikanan yang mempunyai potensi dan prospek yang cukup baik serta mempunyai
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sistem perdagangan ranjungan segar mulai
dikembangkan dalam bentuk daging untuk konsumsi langsung maupun bahan baku
pabrik pengalengan (Widarto et al, 1995).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2012), volume produksi
perikanan tangkap cumi-cumi di Indonesia pada tahun 2010: 43 002
ton; 2011: 42 411 ton dan 2012: 43 110 ton.
Rajungan
(Portunus pelagicus) termasuk dalam famili Crustaceae, genus Portunidae yang
mempunyai banyak spesies dan dapat dimakan (Moosa,1980). Usaha untuk
memanfaatkan ranjungan sebaik-baiknya agar dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Pengalengan merupakan salah satu cara menyelamatkan hasil perikanan
termasuk ranjungan dari proses pembusukkan.
Potensi ekspor daging rajungan cukup tinggi, dalam hal
ini daging segar (beku). Produk yang diekspor tersebut meliputi daging rajungan
jenis “Jumbo” dan “Special”, yang merupakan daging dengan kualitas super.
Secara umum ada beberapa jenis daging rajungan yang dikenal di pasaran, yaitu
“Jumbo”, “Special” dan “Claw Meat” (Dore, 1989). Jenis “Jumbo” dan “Special”
merupakan daging yang berwarna putih, berasal dari bagian paha dan badan
rajungan. Jenis “Claw Meat” merupakan daging yang berasal bagian capit, warnanya
kecoklatan dan agak berserat mempunyainilai jual paling rendah.