LAPORAN PRAKTEK MAGANG
QUALITY CONTROL PADA PROSES
PENGALENGAN DAGING RANJUNGAN (Portunus
pelagicus) DI PT. TONGA TIUR PUTRA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI
SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH
MOULITYA DILA ASTARI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Rajungan (Portunun pelagicus)
dalam dunia perdaganggan dimasukkan satu kelompok yang sama dengan kepiting (Crabs), merupakan salah satu jenis
komoditas perikanan yang mempunyai potensi dan prospek yang cukup baik serta mempunyai
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sistem perdagangan ranjungan segar mulai
dikembangkan dalam bentuk daging untuk konsumsi langsung maupun bahan baku
pabrik pengalengan (Widarto et al, 1995).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2012), volume produksi
perikanan tangkap cumi-cumi di Indonesia pada tahun 2010: 43 002
ton; 2011: 42 411 ton dan 2012: 43 110 ton.
Rajungan
(Portunus pelagicus) termasuk dalam famili Crustaceae, genus Portunidae yang
mempunyai banyak spesies dan dapat dimakan (Moosa,1980). Usaha untuk
memanfaatkan ranjungan sebaik-baiknya agar dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Pengalengan merupakan salah satu cara menyelamatkan hasil perikanan
termasuk ranjungan dari proses pembusukkan.
Potensi ekspor daging rajungan cukup tinggi, dalam hal
ini daging segar (beku). Produk yang diekspor tersebut meliputi daging rajungan
jenis “Jumbo” dan “Special”, yang merupakan daging dengan kualitas super.
Secara umum ada beberapa jenis daging rajungan yang dikenal di pasaran, yaitu
“Jumbo”, “Special” dan “Claw Meat” (Dore, 1989). Jenis “Jumbo” dan “Special”
merupakan daging yang berwarna putih, berasal dari bagian paha dan badan
rajungan. Jenis “Claw Meat” merupakan daging yang berasal bagian capit, warnanya
kecoklatan dan agak berserat mempunyainilai jual paling rendah.
1.2.
Tujuan Praktek Magang
Tujuan praktek magang
adalah untuk mengetahui secara langsung proses penanganan awal sampai proses
pembekuan cumi-cumi di PT. Tonga Tiur Putra, serta mengetahui secara langsung
kegiatan operasional perusahaan dengan permasalahan yang dihadapi serta mencari
alternatif pemecahan masalah.
1.3.
Sasaran Kompetensi yang ditargetkan
Sasaran
dari praktek magang adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan penulis
dalam penanganan awal dan proses pembekuan cumi-cumi di PT. Tonga Tiur Putra
sehingga dapat membandingkan antara praktek di lapangan dengan teori yang
diterima selama perkuliahan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi
dan Deskripsi Rajungan
Bahan
baku yang digunakan dalam usaha pengolahan hasil perikanan di PT. Tonga Tiur
Putra adalah daging rajungan (Portunus pelagicus). Menurut Saanin
(1984), klasifikasi rajungan adalah sebagai berikut : Filum Arthropoda, Kelas
Crustacea, Sub Kelas Malacostraca, Ordo Eucaridae, Sub Ordo Decapoda, Famili
Portunidae, Genus Portunus, Spesies Portunus pelagicus.
Rajungan
mempunyai karapas berbentuk bulat pipih dengan warna yang sangat menarik kiri
dan kanan dari karapas terdiri atas duri besar, jumlah duri-duri sisi belakang
matanya 9 buah. Rajungan dapat dibedakan dengan adanya beberapa tanda-tanda
khusus, diantaranya adalah pinggiran depan di belakang mata, rajungan mempunyai
5 pasang kaki, yang terdiri atas 1 pasang kaki (capit) berfungsi sebagai
pemegang dan memasukkan makanan kedalam mulutnya, 3 pasang kaki sebagai kaki
jalan dan sepasang kaki terakhir mengalami modifikasi menjadi alat renang yang
ujungnya menjadi pipih dan membundar seperti dayung. Oleh sebab itu, rajungan
dimasukkan kedalam golongan kepiting renang (swimming crab).
Ukuran rajungan antara yang jantan dan
betina berbeda pada umur yang sama. Rajungan jantan lebih besar dan berwarna
lebih cerah serta berpigmen biru terang. Sedangkan rajungan betina berwarna
sedikit lebih coklat (Mirzard, 2008). Rajungan jantan mempunyai ukuran tubuh
lebih besar dan capitnya lebih panjang daripada rajungan betina. Perbedaan
lainnya adalah warna dasar, rajungan jantan 5 berwarna kebiru-biruan dengan
bercak-bercak putih terang, sedangkan betina berwarna dasar kehijau-hijauan
dengan bercak-bercak putih agak suram. Perbedaan warna ini jelas pada individu
yang agak besar walaupun belum dewasa (Moosa 1980, diacu dalam Fatmawati
2009).
2.2.
Perbedaan dan Persamaan Rajungan dan
Kepiting
Secara
umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting bakau (Scylla serrata),
dimana rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih
ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang
menarik pada karapasnya. Duri akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih
panjang dan lebih runcing. Dengan melihat warna dari karapas dan jumlah duri
pada karapasnya, maka dengan mudah dapat dibedakan dengan kepiting bakau.
Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut dan tidak dapat hidup pada
kondisi tanpa air (Devananda, 2007). Secara garis besar perbedaan rajungan (Portunus
pelagicus) dengan kepiting (Scylla serrata) dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel
2.1. Perbedaan rajungan dan kepiting
Bagian Tubuh
|
Rajungan
(Portunus
pelagicus)
|
Kepiting
(Scylla
serrata)
|
1. Cangkang/karapas
|
Melebar
kesamping
|
Bulat
|
2. Kaki bercapit
|
Panjang
dan ramping
|
Pendek
dan gemuk
|
3. Capit
|
Tidak
begitu kuat
|
Sangat
kuat
|
4. Warna karapas
|
§ Jantan
: warna dasar biru dengan bercak-bercak putih
§ Betina
: warna dasar hijau kotor dengan bercak-bercak putih
|
Jantan
dan betina memiliki warna sama yaitu polos, hijau kecoklat-coklatan.
|
5. Tempat hidup
|
Laut
|
Hutan
bakau; di lubang-lubang pematang tambak; pantai
|
Sumber
: Juwana dan Romimaohtarto (2000)
Namun demikian
rajungan juga memiliki kesamaan-kesamaan dengan kepiting, antara lain (Juwana
dan Romimaohtarto, 2000) :
1.
Merupakan satu famili atau satu suku
yaitu Portunidae
2.
Karapasnya mempunyai pinggiran samping
depan yang bergerigi dan jumlah giginya sembilan buah
3.
Perut atau abdomen terlipat kedepan di
bawah karapas. Perbedaan antara abdomen jantan dan betina adalah :
a.
Abdomen jantan : sempit dan meruncing
kedepan
b.
Abdomen betina : melebar dan membulat
penuh dengan embelan yang berguna untuk menyimpan telur
4.
Cara berkembang biak dengan bertelur,
telur yang sudah dibuahi disimpan di dalam lipatan abdomen.
2.3. Sifat
Kimia Rajungan
Muchtadi
dan Sugiyono 1992 diacu dalam Mirzards (2008) menyatakan bahwa kandungan
karbohidrat, kalsium, besi, phosphor, vitamin A dan vitamin B dari rata-rata
kepiting dan rajungan berturut-turut adalah 14,1%, 210 mg/100gr, 1,1 mg/100gr,
200 SI dan 0,05 mg/100gr. Hasil analisa proksimat daging kepiting dan rajungan
antara jantan dan betina (BBPMHP, 1995) dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel
2.2. Hasil Analisa Kimia Daging Kepiting dan Rajungan
Jenis Komoditi
|
Protein (%)
|
Lemak (%)
|
Air (%)
|
Abu (%)
|
|
Kepiting
|
Jantan
|
11,45
|
0,04
|
80,68
|
2,45
|
Betina
|
11,90
|
0,28
|
82,85
|
1,08
|
|
Rajungan
|
Jantan
|
16,85
|
0,10
|
78,78
|
2,04
|
Betina
|
16,17
|
0,35
|
81,27
|
1,82
|
Sumber : Laboratorium Kimia BBPMHP
(1995) (Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan)
2.6.
Pengalengan
Pengalengan
yaitu salah satu cara penyimpanan dan pengawetan bahan pangan yang dikemas
secara hermetis dalam suatu wadah yang disebut can (kaleng) yang
kemudian disterilkan, sehingga diperoleh produk pangan yang tahan lama dan
tidak mengalami kerusakan baik fisik, kimia maupun biologis (Fellows, 1992).
Prinsip
dasar pengolahan produk perikanan adalah usaha untuk memanfaatkan produk
perikanan sebaik-baiknya agar dapat digunakan 9 semaksimal mungkin (Hadiwiyoto
1993, diacu dalam Devananda 2007). Pengolahan bahan makanan dengan
memanfaatkan panas merupakan salah satu cara yang telah dikembangkan untuk
memperpanjang umur simpan bahan pangan dan menambahkan kelezatan makanan.
Proses pemanasan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan
adalah pengukusan, pasteurisasi, dan sterilisasi (Haris 1989, diacu dalam Devananda
2007).
Menurut Badan Standarisasi Nasional
(2002) berdasarkan SNI 01-6929.1- 2002, pengertian daging rajungan dalam kaleng
secara pasteurisasi (canned pasteurized crab meat) adalah produk olahan
hasil perikanan dengan bahan baku rajungan segar yang mengalami perlakuan
perebusan dan pengambilan daging, sortasi, pengisian dalam kaleng dan
penimbangan, penutupan kaleng, pasteurisasi, pendinginan dan pengemasan.
2.7.
Pengemasan
Pengemasan
dapat diartikan bermacam-macam antara lain (Fardiaz 1990): (1) pengemasan
merupakan suatu sistem yang terkoordinasi mulai dari persiapan pangan untuk
diangkut, disebar, disimpan, dijual eceran, dan sampai ke pengguna akhir, (2)
pengemasan adalah suatu cara untuk menjamin penyampaian pangan kepada konsumen
akhir dalam kondisi aman dan biaya rendah, dan (3) pengemasan merupakan fungsi
tekno ekonomi yang bertujuan meminimalkan biaya penyampaian barang dan
memaksimalkan pemasaran yang berarti keuntungan.
Bahan
pengemas dapat dikelompokkan sebagai berikut (Buckle et al., 1987) : (1)
Logam seperti lempeng timah, baja bebas timah, dan alumunium, (2) Gelas, (3)
Plastik dan plastik berlapis, termasuk beraneka ragam plastik tipis yang
berlapis laminates dengan plastik lainnya, kertas atau logam
(alumunium), 11 (4) Kertas, paperboard, (5) Lapisan (laminate)
dari satu atau lebih bahan-bahan di atas.
Pada
pengalengan rajungan menggunakan kaleng plat timah yang merupakan pengemas
berbahan logam. Plat timah (tin plate) adalah bahan yang digunakan untuk
membuat kemasan kaleng, terdiri dari lembaran baja dan pelapis timah (Julianti
dan Nurminah, 2007).
Pengemasan
produk daging rajungan kaleng juga menggunakan kemasan kertas berupa karton
lipat sebagai kemasan sekunder. Pemilihan jenis atau model karton lipat yang
akan digunakan sebagai pengemas, tergantung pada jenis produk yang akan dikemas
dan permintaan pasar. Pengujian mutu kemasan karton lipat dapat berupa uji
jatuh bagi wadah yang sudah diisi, pengujian tonjolan atau bulge,
pengujian kekuatan kompresi dan daya kaku dalam hubungannya dengan kelembaban
udara (Syarief et al., 1987).
BAB III. METODE PRAKTEK MAGANG
1.1.
Waktu dan Tempat
Praktek magang akan dilaksanakan pada
bulan Januari sampai Februari 2014, bertempat di PT. Tonga Tiur
Putra, Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
1.2.
Prosedur Pelaksanaan
Metode yang digunakan
dalam pelaksanaan praktek magang adalah metode survey yaitu pengamatan dan
wawancara langsung dengan karyawan penanganan tentang penanganan awal sampai
proses pembekuan cumi-cumi serta melakukan kegiatan yang diberikan dan
ditugaskan oleh manager perusahaan.
1.3.
Metode Pengumupulan Data
Data
yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data tersebut disajikan
dalam bentuk tabel dan skema, selanjutnya dianalisis secara deskriptif sehingga
dapat ditarik kesimpulan tentang permasalahan yang dihadapi kemudian mencari
alternatif pemecahannya.
Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan
wawancara langsung dengan karyawan dan pengawas tentang penanganan awal sampai
proses pembekuan cumi-cumi serta melakukan dokumentasi. Data sekunder
dikumpulkan dari PT. Tonga Tiur Putra yang meliputi profil perusahaan, lokasi
perusahaan, sejarah berdirinya perusahaan, struktur dan organisasi tata kerja,
sarana dan fasilitas perusahaan, pemasaran dan prospek usaha serta data-data
lain yang diperoleh selama praktek magang berlangsung, yang ada kaitannya
dengan praktek magang ini.
BAB
4. KONDISI LOKASI MAGANG
4.1.
Sejarah Perusahaan
PT. Tonga Tiur Putra
merupakan perusahaan keluarga yang didirikan oleh Bapak Marudut Silitonga. Nama
perusahaan (tonga) diambil dari nama pemilik perusahaan. PT. Tonga Tiur Putra
berdiri pada tahun 1995 dengan pabrik pertama di Semarang, Jawa Tengah. Pada
awalnya, perusahaan ini hanya memproduksi hasil laut berupa ikan teri. Seiring
dengan permintaan pasar yang semakin pesat perusahaan ini makin tumbuh dan
berkembang, kemudian mulai membuka pabrik cabang di kota Cirebon dan pabrik
cabang ke duadi kota Medan yang didirikan pada tahun 2005. Di kota Medan, PT.
Tonga Tiur Putra hanya memproduksi rajungan. Sedangkan untuk kantor pusat PT.
Tonga Tiur Putra berada di Jakarta. Perusahaan ini merupakan perusahaan
tertutup karena masih dimiliki seutuhnya oleh pihak keluarga.
Meskipun banyak
perusahaan yang memproduksi hasil laut yang sama, namun perusahaan ini tidak
kalah bersaing dalam hal hasil produksi yaitu mutu dan kualitas yang baik sesuai
dengan standar kelayakan ekspor yang telah ditetapkan. Produk jadi selanjutnya
akan diekspor ke Amerika, Eropa dan
Singapura. Namun tidak menutup kemungkinan akan semakin meluas ke banyak
Negara-negara lainnya. Untuk saat ini pabrik yang berlokasi di Medan hanya
mengekspor ke Amerika dan Asia.
Untuk mendapatkan
kelayakan akan hasil produksi, maka perusahaan dibantu oleh Food and Drug Administration (FDA) dari
Amerika Serikat yaitu suatu instansi kelayakan dibidang makanan dan ke
hygenisasi di Amerika dan Eropa. Dimana semua ketentuan-ketentuan
standar-standar untuk kelayakan ekspor makanan dimuat dalam satu buku, yang
dijelaskan mulai dari kegiatan awal proses kerja hingga akhir. Buku inilah yang
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses produksi yang disebut dengan
buku HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point).
4.2.
Lokasi Perusahaan
Lokasi PT. Tonga Tiur
Putra terletak di kompleks Kawasan Industri Medan II Mabar. Pemilihan lokasi
perusahaan didasarkan pada beberapa alasan tertentu, yaitu :
a. Tenaga
Kerja
Lokasi perusahaan berada di daerah
yang penduduknya padat, sehingga dengan mudah untuk mendapatkan tenaga kerja
yang berada disekitarnya.
b. Jenis
Usaha
Jenis usaha yang dijalankan adalah
pengolahan hasil laut, sangat cocok berada di kawasan industri dimana perusahaan
tersebut berada di daerah yang berdekatan dengan laut.
c. Kemudahan
Pengurusan
Semua hal-hal yang berkaitan dengan
urusan legal atas bangunan, tanah dan lain-lain tidak menjadi masalah karena
ada kerjasama dengan pihak KIM, sehingga mempermudah kepengurusannya.
4.3.
Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
PT. Tonga Tiur Putra
merupakan perusahaan keluarga dimana manajemen perusahaan dikelola dengan
sistem manajemen keluarga yang masih bersifat sederhana. Tujuan perusahaan PT.
Tonga Tiur Putra dalam jangka pendek adalah memaksimalkan keuntungan dengan
mengoptimalkan kapasitas produksi dan mencari peluang pasar baru dengan
menghasilkan produk yang berkualitas.
Sedangkan tujuan
perusahaan jangka panjang adalah kelangsungan hidup perusahaan. Tanpa
pernyataan visi dan misi yang jelas, tindakan jangka pendek perusahaan dapat
membahayakan kepentingan jangka panjang.Visi PT. Tonga Tiur Putra adalah
mengembangkan dan meningkatkan nilai hasil perikanan Indonesia khususnya
rajungan.
Misinya adalah (1)
menjadikan perusahaan sebagai salah satu perusahaan penyuplai daging rajungan
terbesar di Indonesia, (2) sebagai perusahaan yang dapat mengurangi tingkat
pengangguran di Indonesia. Dengan demikian, seluruh karyawan perusahaan dapat
mengetahui dan memahami visi, misi, dan tujuan tersebut sebagai motivasi
bersama untuk mencapai tujuan perusahaan.
4.4.
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi
suatu perusahaan menggambarkan hubungan kerjasama orang-orang yang terdapat
dalam suatu badan untuk mencapai satu tujuan yang sama. Struktur organisasi
diperlukan untuk memudahkan hubungan kerjasama yang baik antara pemimpin dan
karyawan.Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Tonga Tiur Putra masih
sederhana yaitu struktur organisasi fungsional dimana menjalankan tugasnya berdasarkan
fungsi yang telah ditetapkan.
Perusahaan ini dikelola
oleh direktur utama dan dibantu oleh personalia yang bertanggung jawab pada
semua aktivitas umum seperti perekrutan karyawan dan memperhatikan
kesejahteraan karyawan; Plant manajer yang bertanggung jawab pada semua
aktivitas di pabrik maupun di lapangan; Manajer produksi yang bertanggung jawab
atas kegiatan produksi mulai dari bahan baku sampai pada produk jadi,
mengontrol pekerja untuk mencapai efisiensi dari setiap langkah proses, melakukan
kegiatan pabrik yang baik dengan bekerja sama dengan quality control dan pengawas untuk mencapai rencana HACCP; Manager
pemasaran; Quality Assurance yang
bertanggung jawab pada seluruh tahapan proses sesuai manual HACCP dan standar
mutu bahan baku atau produk. Setiap Manager memiliki divisinya masing-masing
yang bertugas berdasarkan fungsinya. (terlampir).
4.5.
Tenaga Kerja
PT. Tonga Tiur Putra
memiliki tenaga kerja yang berjumlah sebanyak kurang lebih 257 karyawan.
Karyawan di PT. Tonga Tiur Putra bekerja selama enam hari (senin – sabtu) dalam
satu minggu, 7 jam kerja dalam sehari dan jika lebih dari 7 jam sehari maka
dihitung lembur. Jam istirahat di PT. Tonga Tiur Putra ini dibagi menjadi 2
shift yaitu shift pertama mulai istirahat dari pukul 12.00 WIB sampai 13.00
WIB, serta dilanjutkan kepada shift kedua mulai istirahat pukul 13.00 WIB
sampai 14.00 WIB. Dengan demikian, proses produksi terus berlangsung tanpa ada
berhenti selama 7 jam kerja. Pembagian tenaga kerja dan jenjang pendidikan
tenaga kerja yang bekerja di PT. Tonga Tiur Putra dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Tenaga Kerja PT. Tonga Tiur
Putra
Klasifikasi Pekerja
|
Jenis Kelamin
|
Pendidikan
|
|||||
P
|
W
|
Jumlah
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
Akademi/P.Tinggi
|
|
1. Manager
|
2
|
2
|
4
|
-
|
-
|
-
|
4
|
2. Staf
|
16
|
27
|
43
|
-
|
-
|
30
|
13
|
3. Buruh/ karyawan
|
29
|
181
|
210
|
-
|
-
|
200
|
10
|
4. Lainnya
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
TOTAL
|
47
|
210
|
257
|
230
|
27
|
Sumber : PT. Tonga Tiur Putra, 2013
4.6.
Fasilitas Perusahaan
PT.
Tonga Tiur Putra memiliki luas lahan kurang lebih 5.000 m2, dengan
berbagai fasilitas yang dimiliki perusahaan untuk mendukung kelancaran proses
produksi. Fasilitas yang dimiliki
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas
Bangunan
Bangunan PT. Tonga Tiur
Putra dibangun untuk mendukung kegiatan produksi yang didesain dengan berbagai
pertimbangan agar tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi mulai dari
penerimaan bahan baku sampai produk akhir siap dipasarkan. Bangunan yang didirikan
PT. Tonga Tiur Putra merupakan bangunan dua lantai, yaitu lantai dasar sebagai
ruang pusat proses produksi dan lantai atas sebagai pusat perkantoran
perusahaan ini. Ruang proses produksi ini terdiri dari receiving, picking, sorting, canning dan cassing.
Bangunan penunjang
kegiatan produksi PT. Tonga Tiur Putra antara lain pos satpam, laboratorium,
musholla, tempat parkir, ruang ganti, toilet, kantin, gudang, ruang sanitasi,
dan mess.Skema bangunan PT. Tonga Tiur Putra secara rinci dapat dilihat pada Lampiran.
2. Fasilitas
Produksi
Fasilitas produksi yang
diperlukan untuk menunjang aktivitas proses produksi PT. Tonga Tiur Putra
adalah peralatan-peralatan sebagai berikut :
a. Chill Storage adalah
ruang pendingin yang digunakan untuk menyimpan produk akhir yang siap untuk
dipasarkan dengan suhu ruangan 0-30C.
b. Boiler adalah
mesin penghasil uap panas yang digunakan sebagai sumber panas pada proses
pasteurisasi.
c. Seamer adalah
alat yang digunakan untuk menutup kaleng.
d. Tank adalah
wadah berbentuk persegi panjang yang terbuat dari bahan stainless steel. PT. Tonga Tiur Putra mempunyai 6 unit tank yang terdiri dari 3 unit hot tank untuk proses pasteurisasi dan 3 unit cold tank untuk proses pendinginan
produk setelah dipasteurisasi. Kapasitas satu unit tank adalah 9 keranjang stainless
steel atau 720 kaleng.
e. Ice chrusermerupakan
alat yang digunakan untuk menghancurkan balok es menjadi es curah untuk
keperluan produksi.
f. Blower merupakan
kipas angin berukuran besar yang diletakkan di dinding untuk membantu sirkulasi
udara.
g. Water sprayer merupakan
alat untuk menyemprotkan air yang digunakan untuk membersihkan kotoran yang
terdapat di ruang produksi sebagai alat sanitasi ruangan.
h. Bak
es curah digunakan untuk menampung es curah setelah dihancurkan dengan ice chruser yang diletakkan di dalam
ruang produksi.
i.
Bak air digunakan untuk menampung air
yang diletakkan di dalam ruang produksi sebagai perlengkapan sanitasi.
j.
Hand
lift
digunakan untuk membantu memindahkan bahan-bahan selama proses produksi.
k. Meja
produksi terbuat dari stainless steel
berbentuk persegi panjang ukuran 2,5x1,5m dengan tinggi 1m.
l.
Nampan plastik digunakan untuk proses
sortir daging rajungan dan sebagai tempat es yang digunakan sebagai alas nampan
sortir selama proses penyortiran.
m. Toples
plastik digunakan sebagai wadah daging rajungan dan wadah kotoran selama proses
produksi.
n. Chill box merupakan
tempat penyimpanan bahan baku sementara sebelum diolah.
o. Timbangan
digital digunakan untuk menimbang daging rajungan dalam proses produksi.
p. Keranjang
plastik digunakan sebagai wadah daging rajungan yang terdapat dalam toples atau
plastik.
q. Keranjang
stainless steel digunakan sebagai
wadah produk yang telah dikalengkan pada saat pasteurisasi dan pendinginan.
r.
Pinset/pisau terbuat dari stainless steel digunakan untuk
membersihkan kotoran yang terdapat pada daging rajungan selama proses
penyortiran.
s. Thermometer digunakan untuk mengukur suhu daging selama
proses produksi dan mengukur suhu ruang produksi.
t.
Thermocouple
digunakan
untuk mengukur suhu daging rajungan dalam kaleng.
u. Recorder merupakan alat untuk mencatat kisaran waktu
dan suhu pada proses pasteurisasi.
v. Inkjet printer merupakan
alat yang digunakan untuk membuat kode produksi pada kaleng dengan menggunakan konveyor untuk menggerakkan kaleng.
w. Insect killer merupakan
alat yang digunakan untuk membunuh serangga.
BAB 5. HASIL DAN
PEMBAHASAN
5.1. Bahan
baku
Bahan
baku kepiting di PT. Tonga Tiur Putra diperoleh dari beberapa supplier yang
tersebar di wilayah di Indonesia antara lain Bagan Asahan, Banjar, Tanjung
Tiram, Bagan, Dumai, dan belawan. Salah satu bahan baku yang berasal dari
supplier adalah jenis kepiting ranjungan (Portunus
pelagicus). Kepiting yang sampai di PT. Tonga Tiur Putra berada dalam
kondisi setengah jadi karena kepiting tersebut telah dikukus oleh pihak supplier
terlebih dahulu sebelum didistribusi.
Daging
kepiting yang di terima dalam bentuk untuk sebagian dikopek di PT. Tonga Tiur
Putra dan sebagian lagi dikirim ke daerah labuhan. Adapun penanganan yang
diberikan pada kepiting utuh adalah uji organoleptik, penanggalan cangkang,
pematahan bagian tengah tubuh kepiting, penyortiran dan penimbangan. Semua
kegiatan ini dilakukan diatas meja besi sehingga kepiting tetap berada dalam
kondisi prima. Daging kepiting yang telah ditimbang di masukkan dalam box yang
disebut viber dan diberikan es curah
untuk menjaga kepiting agar tetap berada dalam kondisi suhu yang rendah. Di
dalam viber terdapat selapis plastik
yang memisahkan antara es dan kepiting.
Pada
proses pelepasan cangkang, tubuh kepiting dibelah pada bagian tengah tubuhnya
menjadi dua dengan cara memeggang sisi kanan dan kiri kepiting kemudian di
patahkan. Kepiting yang telah dilepas cangakangnya disortir berdasarkan ukuran
kemudian dikelompokkan ke dalam wadah plastik yang berbeda dan dilakukan
penimbangan berat keseluruhan kepiting lengkap dengan cangkang. Setalah
penimbangan, cangkang dan insang dibuang dan kepiting ditimbang kembali.
5.2. Proses
Pengalengan Daging Kepiting
1.
Penerimaan bahan
baku
Bahan baku yang masuk ke PT. Tonga Tiur Putra
terdiri dari kepiting ranjungan dan kepiting salib utuh serta daging kepiting
yang telah dipisahkan dari kulitnya. Bahan baku kepiting yang diterima di PT.
Tonga Tiur Putra diuji mutu organoleptik terlebih dahulu. Uji organoleptik yang
dilakukan adalah pengamatan terhadap penampakan, aroma, tekstur dan rasa.
Kepiting yang masih fresh diberi perlakuan dan dikirim ke labuhan dimana
kepiting tersebut akan dipisahkan antara kulit dan dagingnya. Sedangkan
kepiting yang telah di bekukan pemisahan kulit dan daging dilakukan di PT.
Tonga Tiur Putra. Adapun kriteria daging kepiting rajungan dapat dilihat pada
tabel berikut :
No
|
Kriteria
daging
|
Jumbo
|
Special
|
Claw
meat
|
1
|
Bau
dan rasa
|
Khas
ranjungan
|
Khas
ranjungan
|
Khas
ranjungan
|
2
|
Tekstur
|
Kenyal
|
Kenyal
|
Kenyal
|
3
|
Warna
|
Krem/putih
|
Krem/putih/
kekuningan
|
Kemerahan/
kekuningan
|
Sumber
: PT. Tonga Tiur Putra Medan, 2014
Bahan baku berupa kepiting yang telah dipisahkan
antara daging dan kulitnya di terima dalam kemasan plastik dan toples yang
dikemas kembali dengan dengan viber.
Penggunaan toples dan plasik pada daging kepiting bertujuan untuk melindungi
daging kepiting untuk bersentuhan langsung dengan es. Toples digunakan untuk
daging kepiting bagian flower dan jumbo sedangkan plastik digunakan untuk
daging bagian claw meat, back fin, special, dan claw finger. Kepiting yang
masih utuh langsung dimasukkan ke dalam viber
tanpa dikemas dalam kemasan plastik atau toples.
2.
Sortir kepiting
utuh
Penyortiran
dilakukan untuk mengelompokkan kepititng utuh berdasarkan ukuran dan
bagian-bagian daging kepiting. Adapun range berat kepiting kukus adalah sebagai
berikut :
Size
|
Berat kepiting
|
AS
|
141
gr keatas
|
A
|
101
-140 gr
|
B
|
71
– 100 gr
|
C
|
46
– 70 gr
|
D
|
30
– 45 gr
|
BS
|
<
25 gr
|
Sumber : PT.
Tonga Tiur Putra, 2014.
Kepiting
yang disortir kembali setelah pengupasan cangkang (D’back) memiliki range berat
sebagai berikut :
Size
|
Berat kepiting
|
AS
|
>
96
|
A
|
66-95
gr
|
B
|
65-46
gr
|
C
|
45-31
gr
|
D
|
30-20
gr
|
BS
|
<20
gr
|
Sumber : PT.
Tonga Tiur Putra, 2014.
Berdasarkan
tekstur daging, PT. Tonga Tiur Putra mengelompokkan daging kepiting ranjungan
sebagai berikut :
No
|
Kualitas
|
Tekstur
Daging
|
1
|
K1
|
Utuh,
cerah, bau khas kepiting, kenyal
|
2
|
K2
|
Kenyal, cerah, daging pecah
|
3
|
K3
|
Utuh,
lembek, kurang berserat
|
4
|
Reject
|
Basi,
lembek seperti bubur, berbau
|
Sumber : PT.
Tonga Tiur Putra, 2014.
3.
Pengopekan
Pengopekan merupakan proses pemisahan daging
kepiting dengan cangkang dan kulit yang menempel pada daging selain itu tulang
yang terdapat di dalam daging kepiting juga dibuang. Sebelum daging dikopek,
kepiting dipatahkan terlebih dahulu menjadi bagian back fin dan claw, hal
ini dilakukan guna mempermudah pengerjaan selama pengopekan. Pada tahap
pengopekan bagian daging kepiting yang hancur dipisahkan dengan bagian daging
kepiting yang memiliki bentuk yang sempurna.
Selama proses pengopekan berlangsung, suhu pada
daging dijaga agar tetap berada pada kondisi dingin dengan cara mengopek daging
kepiting diatas nampan dan di bawah namapan tersebut terdapat basket yang
berisi es curah. Pengopekan daging kepiting ini dilakukan dengan cepat dan
higienis, bahan yang baku yang masuk lebih awal akan dikerjakan terlebih
dahulu.
4.
Sortasi daging
Sortasi daging merupakan pengelompokan daging
berdasarkan bagian tubuh dan ukuran daging kepiting. Selain itu pada tahap
sorting daging ini juga dilakukan pembuangan cream yaitu lemak pada kepiting yang berwarna kuning. Pada saat
penyortiran ada beberapa tata cara yang harus dilakukan yaitu setiap bahan
wajib dicium aromanya, setiap bahan wajib diberi kode, kulit dan benda asing
selain daging kepiting wajib diambil, bahan yang memiliki aroma kurang atau
kusam dibeli kode BL, setiap bahan harus dipisahkan sesuai spek masing-masing
yaitu collosal, jumbo, jumbo lump, jumbo kecil, flower lump, special, claw legmeat . Adapun kelompok bagian
tubuh kepiting adalah sebagai berikut :
a.
Jumbo
Jumbo merupakan bagian daging kepiting yang sangat
mahal. Daging jumbo ini sendiri terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu collosal adalah bagian dari jumbo (> 9
gr) bagian collosal ini merupakan
bagian dari jumbo yang memiliki nilai harga paling tinggi , jumbo (3-9 gr), under adalah bagian jumbo yang berukuran kecil (2,5-3 gr), dan broken merupakan bagian jumbo yang pecah
menyerupai serat-serat.
b.
Flower
Flower merupakan bagian daging kepiting yang
berbentuk seperti bunga. Flower memiliki tekstur yang kenyal dan berwarna
putih. Flower yang utuh dan sempurna memiliki 3 ruas daging.
c.
Back fin
Back fin
merupakan bagian dari jumbo yang pecah dan hancur.
d.
Special
Special merupakan pecahan dari bagian back fin.
Special itu sendiri terbagi atas special dan special K. Special merupakan
pecahan dari back fin yang halus dan menyerupai serat-serat, sedangkan special
K merupak pecahan back fin yang memiliki bentuk kasar.
e.
Claw meat
Merupakan daging yang berasal dari bagian kaki dan
capit. Claw meat ini dikelompokkan menjadi CH dan Claw meat cabut tulang. CH
merupakan bagian yang hancur dan claw meat cabut tulang merupakan bagian yang
dicabut tulangnya dan masih dalam bentuk utuh.
5.
Black Light
Black light merupakan ruangan gelap dimana di dalam
ruangan tersebut terdapat lampu yang dapat melihat kulit dan shell pada daging
kepiting yang hancur. Shell itu sendiri adalah pembatas diantara daging
kepiting yang berwarna putih dan terkadang bening. Pada ruangan ini pengecekkan
dilakukan sebanyak dua kali agar tidak ada lagi shell yang terdapat pada daging
kepiting.
Daging kepiting yang masuk ke ruangan black light
ini hanya bagian daging yang hancur seperti back fin, special, CH, claw meat.
Sedangkan untuk daging kepiting yang utuh seperti collosal, jumbo, under,
flower, dan capit utuh pengecekan dilakukan diluar ruang black light.
6.
Mixing
Merupakan tahapan pencampuran daging kepiting yang
hancur. Mixing ini bertujuan untuk menseragamkan produk. Daging kepiting yang
tidak hancur seperti jumbo, collosal, under, flower, dan capit yang utuh tidak di
mixing. Daging yang hancur dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a.
Claw meat (lack
meat dan kaki)
b.
Special (special
K dan special)
c.
Back fin (broken)
Pada tahapan mixing ini diberikan bahan tambahan
SAPP (Sodium Acid Phyrophospat) sebanyak 5,7 gr untuk setiap 2 kg daging
kepiting.
7.
Final sorting
Final sorting merupakan tahapan terakhir pada proses
sorting untuk bagian daging yang utuh. Final sorting dilakukan untuk mengecek
kembali daging yang akan dimasukkan ke dalam kaleng.
8.
Filling
Filling merupakan proses penyusunan daging kepiting
di dalam kaleng. Pada proses filling
ini, jumlah persentase campuran daging tergantung dari keinginan buyer. Proses filling terbagi atas 3
yaitu :
a.
Filling jumbo
Daging jumbo dan daging collosal disusun di dalam
kaleng hingga setengah kaleng kemudian taburi SAPP sebanyak 1,3 gr. Pemberian
SAPP pada bagian tengah susunan daging bertujuan agar SAPP tidak terbuang pada
saat proses pengurangan daging ketika daging ditimbang ulang selain itu agar SAPP
tersebar merata di bagian atas dan bawah susunan daging pada saat proses distribusi
karena nantinya posisi kaleng tidak akan selalu tetap bagian atas dan bawahnya.
b.
Filling claw
meat dan legmeat
Claw
meat dan legmeat yang utuh disusun di dasar terlebih dahulu kemudian dimasukkan
daging utuh yang bercampur dengan daging hancur selanjutnya pada permukaan
disusun lagi daging yang utuh sehingga susunan daging pada kaleng tampak rapi.
c.
Filling flower,
broken, special dan special K
Flower, broken, special dan special K yang telah
bercampur dimasukkan ke dalam kaleng kemudian pada bagian paling atas
diletakkan bagian daging flower.
9.
Seaming
Seaming merupakan proses penutupan kaleng dengan
menggunakan mesin. Penggunaan alat ini bertujuan untuk menjaga produk agar
tetap berada dalam kondisi prima dan mencegah kebusukan pada produk.
Kaleng yang telah di tutup disusun dalam basket besi
dan kemudian di masukan ke dalam air es selagi menunggu proses penutupan kaleng
lainnya. hal ini bertujuan untuk menjaga suhu pada produk agar tetap pada suhu
rendah.
10.
Pasteurisasi
Pasteurisasi
adalah proses pemanasan makanan dengan tujuan untuk membunuh organisme
merugikan yang mungkin terdapat pada produk pangan. Pada
proses pasteurisasi, tangki pasteurisasi (hot
tank) terlebih dahulu diisi dengan air bersih dan dipanaskan dengan menggunakan
uap panas dari boiler dengan pipa aerasiselama
30 menit untuk menyeragamkan dan menyesuaikan suhu yang ditetapkan, yaitu 189
̊F (87,2 ̊C). Setelah hot tank
dipanaskan dan mencapai suhu 189 ̊F, tahap berikutnya adalah memasukkan
kaleng-kaleng dalam keranjang stainless ke
dalam hot tank dengan kapasitas 9
keranjang stainless, setiap keranjang
berisi 80 kaleng dengan berat rajungan masing-masing kaleng sebesar 454gram
(720 kaleng). Total waktu pemanasan yang diperlukan adalah 140 menit. Lamanya
proses pasteurisasi suatu produk berbeda tergantung jenis kemasannya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Product
|
Pasteurizing
(minutes)
|
Chilling
(minutes)
|
Set Point (°F)
|
Cans
|
140
|
120
|
189
|
P.
cup :
08
OZ
16
OZ
|
145
165
|
120
120
|
185
185
|
Pouches
vacum
SL,
SP, LP, CM
08
OZ
16
OZ
|
105 + 2
165 + 2
|
60
60
|
185
185
|
Pouches
vacum
Jumbo
lump
08
OZ
16
OZ
|
135 + 2
153 + 2
|
60
60
|
185
185
|
11.
Pendinginan (Chilling)
Tahapan ini adalah langkah terakhir
yang bisa dikendalikan baik oleh industri maupun rantai distribusinya untuk
dapat memastikan bahwa produk yang tersimpan dapat diproteksi dari kemungkinan
kemunculan mikroba patogen yang dapat mengganggu jiwa konsumennya. Produk
yang telah melewati proses pasteurisasi dimasukkan ke dalam cold tank selama 120 menit dengan suhu
32 ̊F (0 ̊C).
12.
Pengepakan dan Pelabelan (packaging and stocking)
Pengepakkan ranjungan kaleng dilakukan di ruang yang
memiliki suhu sekitar 0°C - 3°C yang disebut dengan ante room. Pengepakkan dilakukan secara manual oleh karyawan dengan
cara menyusun kaleng ke dalam master
carton dengan kapasitas untuk satu buah master
carton dapat diisi 12 buah kaleng. Pengecapan kode barang dan expired pada master carton dilakukan di ruangan ini selanjutnya
karton di ditutup.
13.
Chill Storage
Chill storage merupakan tempat penyimpanan produk yang telah di
packaging sebelum di ekspor ke negara tujuan. Kisaran suhu di ruangan ini
adalah 0°C - 3°C.
14.
Pengiriman Produk (stuffing)
Stuffing merupakan
proses pengangkutan produk akhir dari chill
storage ke container untuk
ekspor. Stuffing dilakukan dengan
cara memindahkan master carton yang
berisi daging rajungan kaleng dari chill
storage ke dalam container yang
memiliki mesin pendingin dengan suhu 0 ̊C. Suhu container tersebut diatur sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
peningkatan suhu produk agar tidak terjadi penurunan mutu hingga sampai ke
Negara tujuan.
5.3. Bahan Pembantu
Bahan
pembantu yang digunakan PT. Tonga Tiur Putra adalah sebagai berikut :
1.
Air
Merupakan bahan
pembantu yang sangat diperlukan dalam proses produksi dan sebagai sarana
kebersihan dan sanitasi baik itu sanitasi ruangan, alat, maupun sanitasi
karyawan.
2.
Es
Merupakan bahan
pembantu yang digunakan untuk mendinginkan bahan baku agar mutu tetap segar
selama proses produksi berlangsung. Es yang digunakan harus memenuhi standar
mutu yang berlaku yaitu air yang digunakan untuk membuat es harus memenuhi
persyaratan air minum. Sebelum proses produksi, es balok harus dihancurkan
terlebih dahulu dengan menggunakan ice crusher agar menghasilkan es
curah yang lebih efisien digunakan daripada es balok karena ukuran es curah
lebih kecil sehingga memudahkan proses produksi.
3.
SAPP (Sodium Acid Phyrophospat)
Berfungsi untuk
mempertahankan warna pada daging kepiting agar tidak cepat pudar, mencegah
terbentuknya warna biru pada daging dan mencegah terjadinya reaksi antara Cu
dan Fe dari kaleng dengan hemocyanin dalam
daging yang dapat menyebabkan warna biru.
5.4. Bahan pengemas
Kemasan yang digunakan oleh PT. Tonga Tiur Putra
untuk mengemas produk terdiri dari kemasn primer dan sekunder. Kemasan primer
yang digunakan adalah kaleng dan HDPE. Sedangkan kemasan sekundernya adalah
kertas karton. Kemasan Primer ini dipesan langsung dari PT. Cometa Can Jakarta
dan Cuc di Jakarta. Adapun keterangan yang terdapat pada kemasan kaleng adalah
sebagai berikut :
·
Nama produk
·
Komposisi
·
Berat bersih
·
Petunjuk
penyimpanan
·
Tanggal produksi
·
Tanggal
kadaluarsa
·
Informasi
kandungan gizi
·
Nama perusahaan
·
Jenis produk
·
Bar code
Keterangan yang terdapat pada kemasan sekunder yaitu
:
·
Nama produk
·
Berat bersih
·
Petunjuk
penyimpanan
·
Tanggal produksi
·
Petunjuk
penyimpanan
·
Bar code
·
Nama perusahaan
5.5. Pemasaran
Sistem
pemasaran yang dilakukan oleh PT. Tonga Tiur Putra Medan adalah pemasaran
produk utama nya yaitu canned pasteurized
crab meat (daging ranjungan dalam kaleng yang di pasteurisasi) untuk tujuan
ekspor ke Amerika Serikat dan Asia dengan harga juar produk perkaleng sekitar
10 U$.
Tahun
|
Jumlah
bahan baku
yang
digunakan (ton)
|
Total
produksi (kaleng)
|
Tujuan
pemasaran
|
2010
|
945
|
2.016.630
|
98%
AS, 2% Asia
|
2011
|
787
|
1.679.458
|
96%
AS, 4% Asia
|
2012
|
525
|
1.120.350
|
92%
AS, 8% Asia
|
Sumber
: Bagian produksi PT. Tonga Tiur Putra Medan, 2013
Volume penjualan produk daging kepiting kaleng
setiap kali ekspornya adalah 17 ton setiap container, 1 buah container berisi
38.700 kaleng dan setiap bulannya ekspor dilakukan sebanyak 2-3 kali.
5.6. Sanitasi
Sanitasi merupakan bagian penting
dalam proses pengolahan pangan yang harus dilaksanakan dengan baik. Sanitasi
dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan
penyakit tersebut. Ruang lingkup sanitasi di PT. Tonga Tiur Putra medan yaitu :
a.
Ruang proses
Persyaratan
ruang proses yang baik adalah lantai harus selalu dibersihkan dari segala
kotoran baik limbah maupun lumut, langit-langit bersih (tidak ada sarang
laba-laba), dinding bersih dan cerah, lampu selalu di cek dan selalu menyala
pada saat proses produksi, ruangan memiliki ventilasi udara/kipas/AC.
b.
Peralatan
Semua
peralatan yang digunakan selama proses produksi wajib terhindar dari bau dan
kotoran. Alat yang digunakan harus selalu berada dalam keadaan bersih.
c.
Karyawan
Semua
karyawan wajib melaksanakan SOP dan GMP yang ditentukan oleh perusahaan.
Sanitasi terhadap karyawan dilakukan
pada saat karyawan masuk ke dalam ruang produksi agar tidak terjadi kontaminasi
terhadap bahan produksi.
d.
Lingkungan proses
Lingkungan
disekitar produksi harus dijaga selaku kebersihannya agar terhindar dari
kontaminasi.
e.
Pest control
Pengawasan
terhadap serangga penggangu yang masuk ke dalam ruang produksi yang dimungkinkan
bisa masuk ke dalam ruang produksi.
f.
Toilet
Toilet harus
selalu dijaga kebersihannya mengingat toilet merupakan sumber dari bakteri.
g.
Air
Air
merupakan salah satu faktor yang sangat diperlukan selama proses produksi.
Standar mutu air yang digunakan selama proses produksi harus jernih, tidak
berbau, tidak berasa, terhindar dari mikroorganisme berbahaya dan memiliki
kandungan logam yang rendah.
h.
Bahan sanitasi
Bahan yang
digunakan oleh PT. Tonga Tiur Putra Medan adalah sabun clean and smooth (Ecolab),
klorin cair dan kaporit bubuk.
5.7. Pengawasan mutu
Pengawasan
mutu di PT. Tonga Tiur Putra Medan dilakukan dari awal penerimaan bahan baku
hingga akhir produksi sehingga produk akhir yang dihasilkan terhindar dari
mikroorganisme berbahaya dan aman untuk dikonsumsi. Sistem produksi yang
diterapkan di PT. Tonga Tiur Putra Medan terdapat dalam GMP dan SSOP yang
secara umum menguraikan tentang produksi yang baik dari suatu produk. Standar
mutu HACCP yang diterapkan di PT. Tonga Tiur Putra Medan saat ini termasuk
kedalam kelas A yang ditetapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan RI.
Produk yang
telah dikalengkan di uji lagi mutunya kembali secara organoleptik dan
mikrobiologinya. Standar pengujian bahan baku segar dan produk akhir
berdasarkan standar mutu HACCP yang diterpakan di PT. Tonga Tiur Putra Medan
dapat dilihat pada tabel berikut :
No
|
Jenis uji
|
Standar
|
1
|
Chlorampenicol
|
< 0,25 ppb
|
2
|
Escherecia coli
|
Negatif
|
3
|
Total coliform
|
Negatif
|
4
|
Total plate count
|
1000
|
5
|
Staphylococcus aureus
|
Negatif
|
6
|
Ammonia
|
Negatif
|
7
|
Kadar air
|
76-79%
|
Sumber : PT. Tonga Tiur Putra Medan,
2014.
5.8. Pengolahan limbah
Limbah yang
dihasilkan dari kegiatan produksi di PT. Tonga Tiur Putra Medan adalah limbah
padat berupa cangkang dan benda asing seperti pasir, rambut, kotoran dll.
Sedangkan limbah cair berupa air sisa keperluan selama proses produksi,
keperluan sanitasi, dan proses lainnya.
BAB
6. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
6.1.
Bahan Baku
Bahan baku yang
digunakan PT. Tonga Tiur Putra adalah rajungan yang bersifat musiman dan
ketersediaannya yang masih tergantung dari alam serta masih mengandalkan dari
kegiatan penangkapan di laut yang menyebabkan ketersediaan bahan baku untuk
kegiatan produksi perusahaan selalu mengalami fluktuasi. Sehingga proses
produksi perusahaan ini menjadi tidak menentu, terkadang proses produksi
melimpah, terkadang proses produksi mengalami kekurangan bahan baku. Oleh sebab
itu untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan hendaknya dapat menjalin kerja
sama lebih luas lagi dengan berbagai mini
plant terpercaya yang dapat menyuplai bahan baku tersebut dan mutu rajungan
yang diperoleh terjamin. Selain itu, perusahaan hendaknya juga mencari bahan
baku sampingan lainnya untuk dijadikan sebagai antisipasi apabila terjadi
penurunan supply rajungan sehingga
proses produksi perusahaan ini tidak terhenti.
Bahan baku rajungan
yang diterima oleh PT. Tonga Tiur Putra berasal dari berbagai daerah mini plant, yang tidak menutup kemungkinan
bahwa bahan baku dari satu mini plant tersebut
telah mengalami penurunan mutu akibat adanya pertumbuhan bakteri patogen.
Apabila bahan baku yang diterima dari mini
plant tersebut bersentuhan dengan bahan baku rajungan dari mini plant yang lain, maka akan terjadi
kontaminasi silang pada bahan baku tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatasi
masalah ini, sebaiknya bahan baku dari setiap mini plant diperiksa terlebih dahulu mutunya dan hindari kontak
dengan bahan baku dari mini plant lain.
Apabila bahan baku yang diterima telah terkontaminasi, sebaiknya langsung
ditangani dan dikembali ke mini plant
yang mengirim bahan baku tersebut.
6.2.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja PT. Tonga
Tiur Putra merupakan tenaga kerja yang sebagian besar terlatih tetapi kurang terdidik.
Khususnya tenaga kerja di bidang QC (quality
control). QC merupakan tenaga kerja yang menentukan apakah produk tersebut
telah mengalami kemunduran mutu atau tidak yang sesuai dengan standar mutu yang
ditentukan.
Tenaga kerja juga
merupakan salah satu sumber kontaminan yang akan mempengaruhi kualitas produk
yang dihasilkan. Sehingga sanitasi tenaga kerja harus dalam pengawasan yang
ketat.Sementara dari pengamatan yang dilakukan, ada tenaga kerja yang tidak
mematuhi aturan sanitasi yang diterapkan oleh perusahaan karena kurangnya
pengawasan dan kurangnya kesadaran dari diri pekerja itu sendiri untuk mematuhi
aturan yang berlaku. Untuk mengatasi masalah tersebut, hendaknya pihak
perusahaan harus lebih meningkatkan kedisplinan dan mengenakan sanksi kepada
pekerja yang dapat membuat jera untuk melakukannya.
BAB
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan
PT. Tonga Tiur Putra
merupakan salah satu perusahaan keluarga yang bergerak dalam bidang pengalengan
daging rajungan yang dipasteurisasi untuk tujuan ekspor ke Amerika Serikat dan
Asia yang beroperasi mulai tahun 2005. Perusahaan ini melakukan kegiatan ekspor
minimal 2-3 kali dalam sebulan tergantung pada ketersediaan bahan baku.Harga
jual daging rajungan kaleng ini bervariasi tergantung pada jenis daging
rajungan yang dikalengkan.
Bahan baku yang
digunakan PT. Tonga Tiur Putra adalah rajungan yang bersifat musiman dan
ketersediaannya yang masih tergantung dari alam serta masih mengandalkan dari
kegiatan penangkapan di laut yang menyebabkan ketersediaan bahan baku untuk
kegiatan produksi perusahaan selalu mengalami fluktuasi.
Daging rajungan yang
diperoleh dari perusahaan ini berasal dari supplier
dalam bentuk setengah jadi yang telah dimasak terlebih dahulu sebelum
didistribusi, yaitu berupa daging rajungan utuh dan daging rajungan yang telah
dikupas cangkangnya.
Daging rajungan yang
memenuhi standar akan diolah menjadi daging rajungan kaleng melalui proses receiving, picking, sorting, black light,
mixing, filling, seaming, pasteurizing, chilling, packaging and labeling, chill
storage, dan stuffing. Proses
pasteurisasi dilakukan di dalam hot tank selama
140 menit dengan suhu 189 ̊F. Dan proses pendinginan dilakukan di dalam cold tank selama 120 menit dengan suhu
32 ̊F untuk menonaktifkan bakteri thermofil.
Dalam pengalengan daging rajungan ini, dilakukan penambahan SAPP (Sodium acid phyrophospat) sebanyak 1,3
gr/kaleng yang bertujuan untuk mempertahankan warna daging rajungan dan
mencegah terjadinya bluing.
PT. Tonga Tiur Putra
telah melakukan proses sanitasi sebelum, selama, dan setelah proses pengolahan
baik dari segi ruang proses, karyawan, maupun peralatan dengan sebaik mungkin
dan telah memenuhi persyaratan penerapan sanitasi untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme penyebab kontaminasi.
7.2.
Saran
·
Pengelolaan limbah harus diberikan perhatian secara
khusus.
·
Pengawasan dan tindakan yang tegas terhadap karyawan
yang tidak menaati GMP.
·
Peningkatan SDM harus sering dilakukan yang berguna
demi kemajuan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,
Yudhan Nur. 2006. Aplikasi Bagan Kendali Proses Berdasarkan Tingkat Residu
Chloramphenicol pada Daging Rajungan di PT. Mina Global Mandiri, Purwakarta
[skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Adawyah.2007.
Komposisi Protein pada Kepiting Rajungan.Penerbit Kanasius 122 Hal.
Anonim
d. 2006.www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/Regulation
no.722 n food additives.pdf [12 Juli 2006]
Anonimus.
1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 tahun 1988 tentang Bahan Tambahan
Makanan. Jakarta.
Bahar.2004.
Beberapa Catatan Mengenai Rajungan dari Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Departemen Sumberdaya Hayati Bahari. Lapangan Lon- LIPI
BBPMHP
[Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan].1995. Petunjuk Teknis
Pengolahan Kepiting dan Rajungan.Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan, Jakarta.
_________.
1995. Laporan Pengembangan Pengolahan Kepiting Bakau dan Rajungan. Direktorat
Jendral Perikanan. Jakarta.
BSN
[Badan Standarisasi Nasional]. 2002. Standar Nasional Indonesia SNI
01-6929.1-2002. Daging Rajungan (Portunus
pelagicus) dalam kaleng secara pasteurisasi. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Buckleet al. 1987.Kerusakan Bahan Pangan dan
Cara Pencegahannya.Ghalia Indonesia. Jakarta. 149 Halaman.
Devananda.
2007. Analisis Strategi Bisnis Pengalengan Rajungan di PT. Tonga Tiur Putra
Plant Pandangan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz,
S. 1990. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grapindo Persada, Jakarta. 360 Hal.
Fatmawati.2009.
Kelimpahan Relatif dan Struktur Ukuran Rajungan Di Daerah Mangrove Kecamatan Tekolabbua
Kabupaten Pangkep.Skripsi jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Fellow, P.J.
1992. Food Processing Technology: Principle and Practice. Ellis Horwood, New
York.
Hadiwiyoto.
1993. Teknologi Pengolahan HasilPerikanan. Jilid 1. Teknik Pendinginan Ikan.
Jakarta: CV. Paripurna.
Haris,
RS. 1989. Bahasan Umum Kemantapan Gizi. Bandung: Penerbit ITB
Hariyadiet al. 2010.Petunjuk Laboratorium
Teknologi Proses Pengolahan Pangan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Dirjen
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.Institut Pertanian
Bogor.Bogor 150 Hal.
Julianti
dan Nurminah.2007. Karakteristik Daging Sapi di Kemas Dalam Kantong Plastik
Hampa Udara (Vacuum Pack). Jurnal
Wartazoa. 11:15-19 Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Juwana,
S dan Kasijan Romimohtarto. 2000. Mempersiapkan Kepiting Rajungan Menjadi
Komoditas Andalan. [Diakses 11 Desember 2012 pada situs www.google.co.id].
___________.
2000. Rajungan Perikanan, Cara Budidaya
dan Menu Masakan. Djambatan, Jakarta.
Mirzads.
2008. Pengemasan daging rajungan pasteurisasi dalam kaleng [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Moeljanto.
1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 256
hal.
Moosa,
MK. 1980. Beberapa Catatan Mengenai Rajungan dari Teluk Jakarta dan Pulau-Pulau
Seribu. Sumberdaya Hayati Bahari, Rangkuman Beberapa Hasil Penelitian Pelita
II. LON-LIPI, Jakarta. Hal 57-79.
Muchtadi,
D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi.IPB.
Muchtadi,
Tien R. dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.
Nontji,
A. 1986. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 105 hlm.
Phillips
Seafoods.2005. Grades of Crab Meat.
(http://whirlwind.phillipsseafood.net/index.cfm?fa=iPa.page&page_id=23)
PT.
Tonga Tiur Putra. 2013. Panduan Teknis. Quality Assurance and Manager
Production Division. Medan.
PT.
Tonga Tiur Putra. 2014. Panduan Teknis. Quality Assurance and Manager
Production Division. Medan.
Saanin
H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi
Ikan.Jilid I dan II. Bandung: Binacipta
Soen’an
Hadi Purnomo, Flora Fitri Ariani Salasa. 1997. Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Terbuka. Jakarta.
Syarief
et al. 1987. Petunjuk Laboratorium
Teknologi Pengemasan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 98 Hal.
Tranggono.
1991. Mikrobiologi Pangan. Raja Grapindo Persada, Jakarta. 360 Hal.
Widarto,
N. Djazuli, Sunarya. 1995. Pengaruh
Teknik Pengambilan Daging, Ukuran, Jenis Kelamin Dan Waktu Penangkapan Terhadap
Rendemen Daging Kepiting dan Rajungan. Makalah dalam Prosiding Seminar
Sehari Tentang Teknologi dan Mutu Hasil Perikanan.Balai Bimbingan dan Pengujian
Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta. ISBN 979-893-00-7
: 25 – 30.
Winarno,
F. G. dan Fardiaz, S. 1973. Teknologi Pangan. Biro Penataran.Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Winarno,
F. G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar